Template by:
Free Blog Templates

Minggu, 10 Februari 2013

Mengapa Isa itu bukan Yesus Kristus Bag. 1


Mengapa Isa itu bukan Yesus Kristus Bag. 1


basmalah.jpg
salamalhuda.jpg
- Keselamatan atas mereka yang mengikuti petunjuk -

Posting ini merupakan jawaban atas pernyataan dari salah seorang rekan dari Kristiani (Sdr. Rizal Lingga : nyomet123@yahoo.com ) atas posting beliau di Milis_Iqra dengan judul “Mengapa Isa itu bukan Yesus Kristus”. ; Jawaban ini dibuat secara bertahap dan satu persatu digulirkan sehingga mudah untuk dipelajari serta dianalisa dan bisa lebih memberikan hikmah terhadap kebenaran (InsyaAllah).

Posting ini juga bisa dianggap sebagai pelengkap dari buku saya “Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah pelurusan sejarah & Jawaban untuk Dinasti Yesus” yang InsyaAllah akan segera terbit setelah Ramadhan ini.; Lebih jauh dan lengkap tentang apa dan siapa sosok Nabi Isa al-Masih putera Maryam serta bagaimana perjalanan dakwah beliau ditengah komunitas bangsa Israel sejak awal sampai ia di-isukan wafat dalam penyaliban atau bahkan dimitoskan diangkat kelangit oleh penganut Kristiani maupun oleh sebagian penganut Islam, silahkan membaca buku saya tersebut.



Palembang, 04 Oktober 2007
ARMANSYAH





1. Penamaan :
al-Qur’an menyebut nama beliau dengan al-Masih ‘Isa putera Maryam
Bible menyebut nama beliau dengan Yesus Kristus putera Allah Bapa

Mana yang benar ?

Jawab :

A.

Istilah Yesus Kristus atau Jesus Christ yang sekarang dijumpai didalam Bible bukanlah nama aslinya, karena nama itu adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Yunani (Gerika) dari bahasa aslinya yang diterapkan oleh para penerjemah kitab Bible agar lebih mudah diterima dan diucapkan oleh masyarakat yang berbahasa Yunani pada abad pertama dan kedua, disamping itu, masyarakat Gerika pada saat itu gemar sekali pada mitologi, kepercayaan, penyembahan berhala kepada dewa ‘Zeus’ dan juga ‘Dionysius’ atau sejenisnya, sehingga nama tersebut diterjemahkan dalam bentuk yang sudah dikenal dan mudah bagi lidah masyarakat mereka, yaitu ‘Iesous,’ kemudian dari bentuk inilah diperoleh sebutan ‘Jesus’ dalam bahasa Inggris atau ‘Yesus’ dalam bahasa Indonesia.

Anda ingat cerita mengenai Barnabas dan Paulur di Likaonia ?
Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: “Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.” Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara. – Kisah Para Rasul pasal 14 ayat 11 dan 12
Jika reaksi dari penduduk Yunani semacam ini yang menganggap Barnabas dan Paulus sebagai dewa berbentuk manusia, maka hal ini menandakan bahwa keduanya mengalami kesulitan praktis dalam menyebarkan ajaran tentang Messias Israel. Bagi orang-orang Yunani yang Polytheisme, penggambaran tentang sosok sang Messias Israel, haruslah sesuai dengan salah satu dewa mereka, dan mungkin sekali mereka siap untuk menerima ajaran Tauhid dalam penggambaran seperti ini. Sebab bagi pemahaman mereka, tetap ada ruang untuk lebih dari satu. Ajaran Nabi putera Maryam mengenai Tauhid, adalah suatu bentuk penghapusan semua dewa-dewa yang beragam itu. Ajaran ini yang tidak bisa diterima oleh mereka. Tugas menciptakan cara hidup yang diajarkan oleh konsep Tauhid di Yunani tanpa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, pastilah sangat berat karena itu dimulailah pengadopsian sosok sang Messias dari tokoh dewa yang sudah ada dan agar tetap tampil beda disesuaikanlah namanya menjadi Iesous seperti yang telah diterangkan dimuka.

Nama Yesus sendiri dalam bahasa Yahudi adalah Yaohushua ( nama_isa_yhd.jpg ) diucapkan ‘yao-hóo-shua’ – tekanan pada suku kata kedua, dengan pengucapan huruf hidup pada suku kata pertama seperti pada pengucapan kata ‘how’ dalam bahasa Inggris. Arti dari Yaohushua ini adalah kuasa Yaohu menyelamatkan. Yaohu sendiri berasal dari kata Yáohu UL, yaitu sebutan untuk Allah dalam bahasa Yahudi sehingga nama itu bisa diartikan Nabi yang akan menyelamatkan umatnya (yaitu Bangsa Israel) dengan kuasa Allah (seperti yang juga bisa dirujuk ke Injil Matius pasal 1 ayat 21 : karena dialah yang akan menyelamatkan umatnya dari dosa mereka.)

Tetapi patut diingat juga bahwa bahasa yang digunakan oleh beliau pada waktu itu adalah bahasa Aram (yaitu bahasa ibunya bangsa semit kuno), maka nama Yaohushua tersebut dalam bahasa Aramnya adalah Eesho (bukan Esau). Istilah Aram Eesho sama dengan istilah Arab ‘Isa, karena antara bahasa Arab dengan bahasa Aram merupakan satu rumpun.

Jadi, dalam hal ini, penggunaan nama ‘Isa yang dijumpai dalam al-Qur’an, jauh lebih tepat dibanding dengan istilah Yesus yang ada dalam al-Kitab Kristen (Bible).

Catatan tambahan : untuk mempelajari khusus tentang nama Yaohushua ini lebih jauh maka saya persilahkan anda atau siapa saja untuk membacanya lebih lengkap di “Introduction to the Restored Name King James Version”http://www.eliyah.com/Scripture/preface.htm yang juga sudah diterima sebagai salah satu modul resmi aplikasi Electronic Bible : e-sword (www.e-sword.net) karya Rick Meyers.


B.

Istilah putera Allah Bapa, sebenarnya hanyalah kiasan semata, karena sosok yang disebut sebagai Tuhan Bapa dalam terminologi Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, adalah konsepsi Tuhan yang Maha Tunggal atau Tuhan yang Laam Yaalid Waalam Yuulad, bukan Tuhan yang berbilang. Dengan demikian maka istilah anak Allah bukan merupakan istilah yang sebenarnya. Bagaimanapun, Eesho alias Yesus alias ‘Isa adalah anak seorang manusia bernama Maryam dengan sebuah takdir atau ketentuan yang sudah ditetapkan kepadanya dengan tidak mengandung unsur-unsur ketuhanan sedikitpun.

Mari kita kembali pada pembahasan sebelumnya mengenai kelahiran ‘Isa yang diriwayatkan oleh Lukas 1:30 :
Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (Lukas 1:30)
Disini malaikat Gabriel telah memberitahukan kepada Maria bahwa dirinya telah memperoleh kasih karunia dari Allah. Apakah kasih karunia dari Allah itu ?
Jawabannya ada pada ayat berikutnya :
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai dia Yesus.” (Lukas 1:31)
Jadi kasih karunia tersebut berupa hamilnya Maria yang disebutkan pada ayat ke-35 bahwa “…kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” yang dilanjutkan pada ayat ke-37 :”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Lagi-lagi ini memiliki pengertian yang serupa dengan al-Qur’an yang sudah pernah kita bahas pada email terdahulu dimana disana disebutkan bahwa :”Ketika Malaikat berkata:”Wahai Maryam, sesungguhnya Allah mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripadaNya, namanya Almasih, ‘Isa putra Maryam.” (QS. 3:45)
“Allah berfirman : ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia.” (QS. 3:47)
“Demikianlah Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku, karena Kami hendak menjadikannya suatu tanda untuk manusia dan sebagai suatu rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah ditetapkan”. (QS. 19:21)
Ayat yang cukup sering dijadikan dasar fondasi akan ketuhanan Yesus oleh umat Kristiani beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.; Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. – Kitab Injil Yohanes 1:1-3
Serta
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. – Kitab Injil Yohanes 1:14
Sejauh mana kebenaran ayat-ayat diatas dalam mendukung ke-Tuhanan Yesus ?
Mari kita analisa …
Point pertama, bahwa kalimat yang terdapat pada Injil Yohanes tersebut, bukanlah merupakan ucapan atau kesaksian dari Yesus sendiri, melainkan hanyalah kalimat dari Yohanes sipenulis Injil, sementara Yohanes penulis Injil ini pun berdasarkan hasil penelitian dari banyak sarjana alkitab sendiri, sangat diragukan bukanlah Yohanes bin Zabdi murid Yesus yang masuk dalam kelompok 12 murid utama.
Point berikutnya, hal yang unik dalam alkitab Indonesia ayat dari Injil Yohanes pasal 1 ayat 14 diatas tampaknya baik-baik saja dan tidak ada yang salah, tetapi coba kita samakan dengan alkitab berbahasa Inggris versi King James Version akan anda temukan beberapa kalimat berada dalam tanda kurung, yang mengindikasikan bahwa kalimat ini tidak pernah ada pada versi alkitab tertua.
“And the Word was made flesh, and dwelt among us, (and we beheld his glory, the glory as of the only begotten of the Father,) full of grace and truth.” (John 1:14)
Kenapa para penterjemah Alkitab Indonesia meninggalkan penulisan tanda kurung tersebut ? Jelas bahwa agar ayat ini bisa lebih leluasa untuk dipakai sebagai penopang ketuhanan Yesus tanpa mendapat pertanyaan yang bersifat kritis.
Tapi ya sudahlah, terlalu bertele-tele jika harus membahas masalah ini saja sebab berdasarkan pengalaman, rekan-rekan Kristen kitapun akan mengeluarkan argumen yang panjang-panjang untuk menjawabnya yang intinya tidak akan menghasilkan suatu komitmen.
Untuk itu mari kita memulai pembahasan :
Pada pasal 1:1-3, disebut oleh Yohanes bahwa pada mulanya adalah firman, dan firman itu bersama Allah, dan firman itu adalah Allah.
Firman ini mulanya sama sebagaimana permulaan dengan Allah asalnya. Semua benda dibuat oleh-Nya. Dan tanpa Dia, tidak akan ada benda apapun yang terciptakan.
Sekarang, apa yang dimaksud dengan Firman atau dalam Bible berbahasa Inggris disebut dengan Word ini ?
Jika kita analisa, isi Kalimat sambungannya belum merupakan kalimat jawaban tetapi berupa kalimat penambahan, yaitu bahwa “Firman atau Word” tadi bersama dengan Tuhan (The Word was with God).
Kedua kalimat ini disambungkan dengan kata “With” atau “Beserta/bersama”.
Sekarang :
Jika ada orang berkata “Armansyah bersama Rizal Lingga”, maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa Armansyah tetaplah Armansyah itu sendiri dan dia bukan Rizal Lingga.
Jadi berdasarkan ayat Bible tersebut yang menyatakan bahwa “The Word was with God”, langsung dapat dimengerti bahwa “The Word” bukanlah “God” (Firman bukanlah Allah), begitupula sebaliknya, lihat kembali analogi yang sudah saya berikan diatas.
Jika pada kalimat berikutnya disebut bahwa “The Word was God”, maka kita tidak bisa mengambil arti bahwa “Word” itulah Tuhan, melainkan kita kembalikan pada kalimat sebelumnya, bahwa “The Word was with God”, jika tidak, maka kita akan menemukan satu pertentangan yang tajam dalam satu ayat, dimana disebut pada awal bahwa si A bersama dengan B (meaning A # B) lalu pada kalimat berikutnya mengatakan bahwa A = B, ini suatu kontradiksi.
Untuk itu, mari kita hilangkan kontradiksi ini dengan cara yang terbaik sebagaimana saya sebutkan diatas.
Sejenak kita melakukan lompatan pembahasan dahulu kepada ayat ke-14 dari pemberitaan Yohanes.
“And the Word was made flesh, and dwelt among us, (and we beheld his glory, the glory as of the only begotten of the Father,) full of grace and truth.” (John 1:14)
Dan “The Word” dijadikan bentuk Jasmani (flesh = tubuh berdaging = jasmani), lalu The Word yang sudah menjadi jasmani ini tinggal diantara manusia (“us” disini merefer pada manusia atau human being).
Kita kembalikan lagi pembahasan Yohanes, dimana dikatakan bahwa The Word pada 1:1 yang bersama dengan Tuhan itu telah menjadi jasmani yang tinggal ditengah-tengah manusia pada 1:14.
Sebagaimana yang sudah kita bahas, bahwa The Word # Yahweh, untuk itu kita juga tidak bisa langsung mengatakan bahwa “The Word” tersebut adalah inkarnasi dari Yahweh dalam wujud jasmani manusia, sebab Yahweh bukanlah “The Word” itu sendiri.
Lalu apa “The Word” itu sebenarnya ? Jawabnya tidak lain bahwa “The Word” itu merupakan ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh Allah dan bukan Allah itu sendiri. Dimana sang “The Word” akan diberikan kepada Maria bahwa dia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang suci tanpa bapak jasmani karena sebab kuasa Allah yang maha tinggi, sebab bagi Allah tidak ada sesuatu yang mustahil.
Dia mampu menjadikan sesuatu yang sebelumnya tidak ada, lalu diadakan-Nya (lihat Yohanes 1:3, Surah al-Kahfi 51, ar-Ruum 8 dsb), dibentukNya dunia dan seluruh alam raya ini dengan kekuasaanNya, apakah kita mesti harus ragu dengan kebijaksanaanNya ?Menganggap bahwa kelahiran ‘Isa almasih itu sebagai suatu keistimewaan tersendiri dan dinisbatkan sebagai kelahiran Tuhan, rasanya cenderung hanya memperikutkan kita kepada tradisi-tradisi masa lalu, kepercayaan Mesir kuno, Babilon, Persi atau Yunani.
Ayat lainnya yang juga dijadikan oleh kaum Kristiani alasan untuk mempertuhankan al-Masih adalah :
“Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam aku dan aku di dalam Bapa.” (Yohanes 10:38)
Ayat ini bisa kita tarik benang merah dengan ayat yang terdapat didalam Yohanes 17:21 dan 23 :
“Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku. “
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi aku.”
Kalimat “Bapa dalam aku”, dan muridnya pun jadi satu dengan Allah dan Yesus mempunyai pengertian bahwa Allah selalu menyertai Yesus dan para muridnya dimana dan kapan saja, ini BUKAN suatu pernyataan bahwa Allah = Yesus atau Allah = murid-murid.
Selain itu, untuk menambah kelengkapan penjelasan bahwa anak Tuhan yang dipakaikan terhadap Yesus hanyalah satu kiasan, kita tarik lagi benang merah antar ayat-ayat Bible.Kalimat anak Tuhan ini juga bisa kita temukan dalam berbagai ayat Bible lainnya yang merujuk pada pribadi atau golongan selain dari Yesus.
Daud disebut sebagai anak Allah yang sulung berdasarkan Mazmur 89:27
Yakub alias Israil adalah anak Allah yang sulung berdasarkan Keluaran 4:22 dan 23
Afraim adalah anak Allah yang sulung berdasar pada Yeremia 31:9
Adam disebut sebagai anak Allah berdasar Lukas 3:38
Selanjutnya tercatat pula adanya anak-anak Allah dalam :
Kitab Kejadian 6:2 dan 6:4,
Kitab Job 1:6 dan Job 2:1 serta Job 38:7
Bahkan salah satu kriteria untuk menjadi anak-anak Allah adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Matius pasal 5 ayat 9 dan juga Yohanes pasal 1 ayat 12:
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”.
Dengan demikian maka sebagai kesimpulan akhir dari semua ini adalah : Bahwa yang disebut selaku anak Allah itu merupakan manusia yang dicintai atau diridhoi Allah yang lazim juga dikenal sebagai para kekasih Allah atau mereka yang taat kepada perintah-perintah Tuhan.
Dalam hal ini, Allah menyatakan firman-Nya di Qur’an sebagai berikut :
“Dan mereka berkata: ‘Allah mempunyai anak.”, Mahasuci Dia ! Bahkan Dia-lah yang mempunyai apa-apa yang dilangit dan dibumi.”
(QS. 2:116)
Mereka berkata:”Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (QS. 10:68)
Dan telah berkata orang-orang Yahudi dan Nasrani: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Tanyalah: “Kalau begitu, kenapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu ?” Kamu adalah manusia (biasa) yang telah diciptakan-Nya.” (QS. 5:18)
“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.”


Wassalamu’alaykum Wr. Wb.,

Salamun ‘ala manittaba al Huda

0 komentar:

Posting Komentar